Jakarta, Edaran.ID – Gerakan boikot produk pro Israel masih disuarakan masyarakat dunia saat ini, termasuk di Indonesia.
Namun, dalam gerakan ini, masih banyak produk pro Israel yang tidak masuk daftar boikot oleh BDS.
Ternyata hal tersebut bukan tanpa alasan, seperti dijelaskan oleh BDS Indonesia Muhammad Syauqi Hafiz.
Dalam sebuah seminar online yang digagas oleh Aqsa Working Group, beberapa waktu lalu, Syauqi menyatakan bahwa BDS saat ini memprioritaskan boikot terhadap korporasi yang secara langsung terlibat dalam apartheisme dan pendudukan tanah Palestina oleh Israel.
Tujuannya adalah untuk menghentikan dukungan terhadap mesin perang Israel.
“Dalam konteks ini, prioritas utama BDS adalah terhadap merek-merek global seperti HP dan perusahaan investasi seperti AXA yang terlibat secara langsung dalam operasi apartheid dan genosida di Palestina,” ujar Syauqi.
Namun demikian, Syauqi juga menyoroti perbedaan dengan daftar boikot yang dirilis oleh BdNash dan beberapa organisasi lain, yang mencakup perusahaan-perusahaan yang berinvestasi di Israel tanpa terlibat langsung dalam konflik.
Contohnya adalah inklusi Danone dalam daftar tersebut meskipun tidak termasuk dalam daftar BDS.
“Kehadiran daftar-daftar boikot ini menunjukkan upaya bersama untuk mensosialisasikan gerakan boikot kepada masyarakat luas dengan berbagai tujuan, mulai dari isolasi politik Israel hingga menghentikan mesin perang mereka,” tambahnya.
Syauqi menegaskan, meskipun gaung gerakan boikot mungkin mengalami penurunan, percakapan tentang produk pro Israel yang perlu diboikot tetap eksis dan memberikan dampak yang signifikan terhadap perekonomian Israel.
Ini dianggapnya sebagai keberhasilan gerakan untuk merespon perlakuan Israel terhadap Palestina.
Di sisi lain, Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia, Ikhsan Abdullah, menyuarakan pentingnya kesamaan pandang dalam menentukan daftar boikot.
Hal tersebut untuk menghindari keraguan di kalangan umat Muslim.
Menurutnya, gerakan boikot telah terbukti efektif dalam menekan korporasi asing yang mendukung Israel, dengan penurunan signifikan omzet beberapa merek terkemuka.
“Kekuatan gerakan boikot ini tidak bisa diabaikan karena mampu berpotensi melumpuhkan perekonomian Israel,” ucap Ikhsan.***