EDARAN.ID – Gerakan boikot produk pro Israel terus dilakukan masyarakat dunia.
Aksi tersebut sebagai wujud dukungan terhadap Palestina, akibat agresi Israel yang semakin meluas.
Ternyata, cara setiap negara melakukan aksi pemboikotan berbeda-beda.
Termasuk gerakan boikot produk pro Israel di Indonesia dan di luar negeri sangat berbeda.
Salah satunya, aksi boikot produk pro Israel di Indonesia menimbulkan ancaman PHK.
Sementara di negara lain seperti Yordania, ancaman tidak ada ancaman seperti itu.
Bahkan, beberapa karyawannya justru memilih mengundurkan diri dari perusahaan yang dinilai mendukung Israel.
Dilansir dari The World, seorang warga Yordania, Souad al Dawood menyatakan teguh beralih dari Starbucks ke kafe lokal Marouf.
Menurutnya, gerakan boikot telah membantunya agar lebih memperhatikan barang atau produk yang dibeli.
“Saat saya ke pasar, saya melihat produknya sendiri dan membaca, terkadang saya membuka Google dan memeriksa produk apa yang ada di negara ini, perusahaannya, dari negara mana,” ujarnya dilansir The World.
Meski pun Dawood mengakui jika gerakan boikot tidak membawa perubahan yang besar.
Namun, ia yakin gerakan itu akan memberikan pengaruh.
“Saat kita terus mendorong, mendukung, dan memprotes, pasti sesuatu yang besar akan terjadi,” tegasnya.
Bahkan supermarket Shooneez di Amman, diberikan label pada produknya.
Ada label merah yang ditempelkan untuk produk yang termasuk dalam daftar boikot.
“Waspadalah. Produk-produk ini diboikot. Pilihanmu,” tulis label merah tersebut, seperti dilansir The World.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal menilai, setiap negara mempunyai karakteristik berbeda.
Semakin banyak suatu negara memakai produk atau merek global dari perusahaan multinasional, maka efek boikotnya tentu semakin besar.
“Apalagi kalau kemudian boikotnya massal. Kenapa dampaknya (boikot) di suatu negara bisa lebih sedikit, itu jika jumlah orang yang bekerja pada perusahaan multinasional tersebut bisa jadi lebih sedikit,” jelasnya kepada dikutip dari Republika.
Di Indonesia, berbagai produk pro Israel yang beredar di media sosial sudah membuat sebagian masyarakat bereaksi.
Hal tersebut berefek pada penurunan penjualan. ***